Kebut-kebutan sholat tarawih?, fenomena ini biasanya berlangsung bagi jama'ah yang sholat tarawihnya 20 roka'at. Dahulu waktu masih di pondok ada istilah kecepatan "Lorena, Budi Jaya, Selamet, Garuda Mas" bahkan "dokar" bagi imam-imam sholat tarawih di pondok. Semakin cepat sholat semakin banyak penggemarnya.
Kalau di pondok sih al-faqir masih maklum karena biasanya di sana setelah sholat tarawih para santri harus segera mengikuti pengajian-pengajian kilatan yang diselenggarakan bahkan hingga larut malam. Bagi santri mengaji masih lebih utama daripada sholat sunnah.
Tapi kalau di lingkungan masyarakat biasa sholat tarawih dengan kebut-kebutan sepertinya al-faqir kurang setuju. Walaupun imam dengan bacaan cepat tentunya akan menjadi favorit di kampungnya (minimal anak mudanya karena biasanya orang tua akan mengeluh juga bila terlalu cepat). Tapi biasanya kurang memperhatikan kekhusyu'an dan kualitas bacaan.
Memang sih, dengan jumlah roka'at yang banyak itu kasihan juga para jama'ah kalau harus mengikuti bacaan imam yang lama. Tapi jangan sampai dengan mengejar sholat cepat, nilai ibadah sholat kita jadi kurang optimal karena kurang khusyu' atau bahkan mengurangi jumlah bacaan. Contohnya bila imam ruku' dan sujud dengan cepat tentunya kita tidak cukup untuk membaca tasbih 3 kali..
Jadi lebih baik walau cepat kita tetap memperhatikan kekhusyuan dan kualitas bacaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar